Siapakah mujaddid kurun ke 14
Tajdid dan Mujaddid Menurut KH Maimun Zubair Sarang
Tajdid
atau memperbaharui pemikiran Islam adalah sebuah tema yang selalu
dibicarakan dan didiskusikan oleh pemikir-pemikir dan ilmuan Islam pada
masa sekarang. Pembahasan ini tidak hanya terbatas kepada tafsiran makna
dari tajdid ini atau dari segi siapakah dia yang disebutkan mujaddid?
Bahkan,
ketika ada seorang ilmuan yang pemikirannya ternyata sedikit
menyeberangi arus perdana berpendapat bahwa pemikirannya tidak lain
adalah kerana memang tajdid di dalam Islam adalah dituntut. Ini tidak lain adalah disebabkan ada sebuah hadis Sahih Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: "إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها"[1] (Sesungguhnya
Allah mengutus bagi umat ini pada setiap awal seratus tahun orang yang
akan memperbaharui bagi umat ini akan agamanya).
Disebabkan oleh janji Rasulullah SAW melalui sabdanya tadi, perebutan title sebagai mujaddid menjadi marak. Entah dari mana sahaja golongan, bahkan sampai kepada puak liberal sekalipun berani berkata bahwa merekalah mujaddid
@ pembaharu Islam pada masa kini, walaupun banyak pendapat mereka
sebenarnya menolak hadis-hadis sahih itu sendiri atau bahkan al-Qur'an
sekalipun dengan alasan kebebasan berfikir (liberalism).
Ulama-ulama terdahulu sudah membahas siapakah sebenarnya mujaddid menurut penafsiran mereka. Semisal, Imam al-Suyuthi sendiri mengarang bait-bait bahar rajaz yang diberi nama "تحفة المهتدين بأخبار المجددين"[2]. Di dalam bait-bait tersebut, terdapat nama-nama mengikut urutan siapakah mujaddid
menurut persepsi beliau sendiri. Bahkan, Imam Suyuthi sendiri
mencantumkan Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Fakhruddin al-Razi
sebagai mujaddid. Beliau juga tidak lupa berdoa agar menjadi mujaddid pada zamannya yaitu kurun ke 9 yang lalu.
Penulis sendiri sudah membaca banyak kajian tentang tajdid ini, akan tetapi sesuatu yang penulis ingin berkongsi bersama dengan para pembaca adalah tidak lain mujaddid menurut KH. Maimun Zubair, Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang.[3]
KH.
Maimun Zubair atau akrab dengan panggilan "Mbah Maimun" telah mengarang
sebuah kitab kecil tapi sangat berharga bagi umat Islam. Kitab tersebut
berjudul: "العلماء المجددون رحمهم الله تعالى ومجال تجديدهم واجتهادهم". Kyai yang pernah menziarahi Pondok al-Jendrami, Malaysia ini memulai kitabnya dengan menjelaskan siapa sahaja mujaddid tersebut menurut perspektif beliau dan diteruskan dengan masail fiqhiyyah kontemporer yang memerlukan ijtihad baru.
Dalam hal tajdid ini, Mbah Maimun berpendapat bahwa Islam pada awal lahirnya sebagai abad pertama (1) dari hijriyyah
itu sendiri maka para sahabat sudah menghafal al-Qur'an dan membawa
hadis-hadis Nabi. Maka dari sini penulis memahami bahwa golongan
sahabatlah sebagai mujaddid pada abad pertama ini. Selanjutnya
ketika Islam mula tersebar dan terjadi beberapa kejadian yang memerlukan
ijtihad dalam memahami nas-nas maka munculah mujtahid seperti Imam
al-Syafi'I[4], Imam Ahmad bin Hanbal[5], dan selainnya sebagai mujaddid pada abad kedua (2). Tersebarlah diantara mereka bahwa sumber-sumber syariat ada 4 yaitu al-Qur'an, Hadis, Qiyas, dan Ijmak.
Pada abad ketiga (3) pula, muncullah Imam al-Asy'ari[6] dan Imam al-Mathuridi[7] sebagai mujaddid
yang membersihkan Islam dari pengaruh-pengaruh falsafah Yunani yang
sesat merasuk melalui nadi-nadi Muktazilah, Qadariyyah, Jabariyyah, dan
lain-lain. Merekalah yang menjaga akidah Islam dari kebid'ahan lisan,
tulisan dan pengajaran. Merekalah yang mengembalikan kepada jalan dan
manhaj ulama Salaf al-Salih sebelum mereka.
Ketika zaman berubah pada abad yang ke 4, munculah seorang ulama, qadhi, mutakallim bermazhab Asy'ari dalam akidah dan bermzhab Maliki dalam berfiqh, yaitu Abu Bakar al-Baqilani al-Maliki.[8] Beliau adalah termasuk pembesar ulama Asy'ariyyah. Dengan ini, beliau adalah mujaddid pada abad ke 4 ini.
Pada kurun ke 5, yaitu kurun yang dianggap masuknya fase khalaf menurut satu pendapat.[9] KH Maimun Zubair memilih Hujjat al-Islam al-Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali[10] sebagai mujddid
pada fase ini. Beliau, sebagai pengarang kitab fenomenal Ihya' Ulum
al-Din adalah ulama terunggul pada kurun ini kepakaran beliau dalam
berbagai bidang dan juga sebagai senjata pemungkas dalam menjatuhkan
hujjah-hujjah Muktazilah. Dalam bidang akidah beliau telah mengarang
berpuluh kitab termasuk pada bab-bab awal Ihya' Ulum al-Din. Sebagai
seorang ulama penerus Imam Abu Hasan al-Asy'ari, beliau juga telah
mengarang berbagai kitab yang menjatuhkan hujjah Muktazilah seperti
al-Iqtisad fi al-I'tiqad. Beliau juga mengarang kitab yang menghujjat
pemikiran-pemikiran filosof Yunani seperti Tahafut al-Falasifah,
al-Munqiz mina al-Dholal, dan lain-lain. Oleh itu, adalah sangat
sesatlah perkataan-perkataan orang yang membenci al-Asy'ariyyah dengan
berpendapat bahwa mazhab akidah al-Asy'ariyyah adalah diresap dari
pemikiran-pemikiran falsafah Yunani, kerana pembesar al-Asy'ariyyah
sendiri yaitu Imam Ghazali justru adalah senjata yang berhasil menolak
pemikiran falsafah Yunani dari masuk ke dalam Islam. Walaubagaimanapun,
buruknya dalaman sesuatu bukan berarti kita menolak seluruh bungkusan
yang ada. Tentunya ilmu-ilmu yang bermanfaat dan tidak bertentangan
dengan Islam itu sendiri bahkan sesuai dengan ruh-ruh wahyu yang
diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW adalah jawaz diadopsi dalam Islam seperti ilmu mantiq (logic) yang mana digunakan untuk mengharamkan khamr juga.
Pada kurun ke 6 pula, muncullah nama Imam al-Rafi'I[11] yaitu pengarang Syarah Kabir yaitu syarahan terhadap kitab al-Wajiz[12]
Imam al-Ghazali. Imam al-Rafi'I sebagai mujtahid fatwa dalam mazhab
Sayfi'I pendapatnya dianggap penting sehingga nama kedua sebagai mujaddid menurut KH. Maimun Zubair yaitu Imam al-Nawawi[13].
Alasan kuat memilih Imam Rafi'I ini dan Imam Nawawi kerana kitab mereka
sangat penting dalam mazhab Syafi'I dan juga sebagai rujukan tarjih yang didahulukan. Selanjutnya masuk kurun ke 7 muncullah Imam Ibn Daqiq al-'Eid[14] sebagai mujaddid pada kurun ini.
KH. Maimun mengangkat nama Imam Jalal al-Din al-Bulqini[15] sebagai mujaddid bagi kurun ke 8 Hijriyyah. Maka masuklah abad ke 9 yang terlihat mujaddid pada zaman ini adalah Imam Jalal al-Din al-Mahalli dan Jalal al-Din al-Suyuthi[16].
Dari Imam al-Suyuthi ini, terbukulah banyak sekali fan-fan ilmu yang
berbagai. Bahkan beliau juga dikenal sebagai orang yang mahir dalam
berbagai ilmu dan fan. Seperti misal, ilmu Kaedah Fiqh belum
tersusun secara rapi dalam ruang lingkup yang tersendiri dalam mazhab
Syafi'i. Dengan terkarangnya kitab al-Asybah wa al-Nazair oleh Imam
Suyuthi ini, maka tersebarlah ilmu Kaedah Fiqh dalam mazhab Syafi'I sebagai fan ilmu yang tersendiri.Belum lagi kitab-kitab beliau yang lain. Beliau jugalah yang mengarang nazam tentang mujaddid ini.
Pada abad ke 10 Hijriyyah, Imam Ali al-Syibramalisi[17] dan Imam Ibn Hajar al-Haitami[18] sebagai mujaddid.
Imam Ibn Hajar sebagai pentarjih mazhab Syafi'I terkenal dengan
kitab-kitabnya yang memberi hukum dengan hujjah-hujjh yang kuat seperti
al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah dan Tuhfah al-Muhtaj. Di bawah asuhan
beliau juga lahirlah ulama yang bernama Zain al-Din al-Malibari
pengarang Fath al-Mu'in, kitab manual fiqh Syafi'I yang termasyhur di Nusantara.
Pada
abad ini juga, keadaan alam berubah. Islam yang semulanya berkuasa
penuh di daerah dari Afrika Barat sehingga ke Nusantara, telah dijajah
sedikit demi sedikit oleh penjajah-penjajah Salib. Maka dari itu, agar
meneguhkan keimanan serta semangat tauladan terhadap tokoh-tokoh zaman
kegemilangan umat Islam, lahirlah Imam Ja'far bin Hasan al-Barzanji[19]
yang mengarang kitab Maulid Nabi SAW dan juga kitab al-Lujjain al-Dani
Manaqib Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani. Selain itu muncul juga ulama
sufi yang membawa keteguhan hati bagi umat Islam seluruhnya yaitu wali
agung Abdullah bin Alawi al-Haddad[20]
pengarang kitab al-Nasha'ih al-Dinniyyah, Risalah al-Mu'awanah, dan
lain-lain sebagai rujukan seluruh ulama mazhab Syafi'i dan rujukan bagi
seluruh umat dalam hal tasawwuf juga. Beliau juga sebagai pengarang
zikir bernama Ratib al-Haddad yang diamalkan mayoritas keluarga Nabi
dari jalur Husaini maupun sebagian Hasani. Mereka berdualah sebagai mujaddid pada abad ke 11 Hijriyyah.
Kurun ke 12 Hijriyyah pula, Imam al-Murtadha al-Zabidi[21] dipilih menjadi mujaddid.
Beliau pengarang kepada kitab Ihya' Ulum al-Din karangan al-Ghazali
sebanyak 10 jilid tebalnya yang diberi nama Ittihaf al-Sadah
al-Muttaqin. Dalam kitab ini juga termaktub bahwa "إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الأشاعرة والماتريدية"
(ketika dimutlakkan kata Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah maka yang
dikehendaki dengannya adalah ulama Asy'ariyyah dan al-Mathuridiyyah).
Ulama Jawa pertama yang bertemu dengan ulama ini adalah Kyai Abd
al-Mannan ketika bermukim di Makkah dan beliau meriwayatkan kitab ini
padanya. Lalu kitab ini diriwayatkan oleh anaknya yaitu Kyai Abdullah
lalu oleh anaknya lagi Kyai Mahfudz al-Turmusi, lalu oleh Kyai Faqih
al-Maskumbani, lalu oleh muridnya yang merupakan ayah kepada KH Maimun
Zubair yaitu KH Zubair Dahlan, dan KH. Maimun pula mengambil riwayat ini
dari ayahnya. Ulama lain pula yang dinamakan sebagai mujaddid pada kurun ini adalah Ahmad al-Marzuqi[22], pengarang nazam Aqidah al-'Awam yang terkenal diseluruh negara Islam sama ada Timur ataupun Barat.
Pada kurun ke 13 Hijriyyah pula, telah terutus mujaddid yang merupakan ulama Mekkah yaitu Sayyid Ahmad Zaini Dahlan[23] dan Sayyid Bakri Syatha[24]. Mereka berdua adalah ulama yang berada di Mekkah ketika kemelut revolusi wahabisme
yang masih segar. Oleh sebab itu, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan sampai
mengarang kitab menentang pergerakan Wahabi. Sedangkan Sayyid Bakri juga
ada menyinggung dan membela beberapa amalan-amalan furu'iyyah Fiqhiyyah
yang dibid'ahkan bahkan disesatkan oleh sekte Wahabi. Dari al-Bakri
inilah muncul seorang ulama fenomenal dari Sumatra yaitu Ahmad Khatib
al-Minangkabawi yang mana beliau adalah guru kepada dua pelopor dua
organisasi Islam terbesar di dunia yaitu KH Hashim Asy'ari pelopor
Nahdlatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan pelopor Muhammadiyah.
Ketika
masuk pada kurun ke 14 Hijriyyah ini, KH Maimun Zubair memberi beberapa
nama ulama yang masyhur serta diakui dunia kealimannya sebagai mujaddid. Bagi mereka yang masih hidup adalah Sayyid Habib Zain bin Sumaith, Sayyid Farfur al-Mishri, Syaikh Hassam al-Din al-Dimasqi, Prof. Dr. Abd al-Latif Farfur yang keduanya merupakan anak kepada Syaikh Shalih al-Farfuri al-Hasani RH.
Bagi mereka yang telah kembali ke rahmatullah adalah Musnid al-Dunya al-Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani[25] dan Syaikh Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki[26]. Kedua-duanya adalah alim dalam riwayah juga dirayah
bagi hadis-hadis Nabi Muhammad SAW serta kitab-kitab agama lainnya.
Syaikh Yasin al-Fadani telah mengkodifikasi beribu riwayat hadis serta
sanad-sanad kitab sehingga beliau dijuluki sebagai musnid al-dunya. Beliau juga ahli dalam bidang fiqh Syafi'I sehingga mengarang syarah bagi nazam al-Faraid al-Bahiyyah tentang Kaedah Fiqh
Mazhab Syafi'i. Diriwayatkan juga bahwa beliau pernah mengarang kitab
syarah kepada Sunan Abi Daud. Beliau juga ahli dalam ilmu falak. Penulis
sendiri adalah murid kepada KH Zamroji Kencong yang pernah menuntut
dengan Syaikh Yasin al-Fadani di Mekkah. Begitu juga KH Maimun Zubair
yang pernah bertalaqqi bersama beliau di Mekkah. Sebagian dari
Murid Syaikh Yasin al-Fadani adalah Mufti Mesir sekarang yaitu Prof. Dr.
Ali Jum'ah yang sangat tidak disukai oleh kelompok Salafi.
Sedangkan
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah tokoh fenomenal Ahli Sunnah
Wal Jamaah yang tidak asing lagi. Beliau juga dijuluki sebagai tembok
Ahli Sunnah kerana mengarang kitab Mafahim Yajib an Tushahhah untuk
menolak pemikiran Wahabi yang melampau dan memberikan hujjah-hujjah
mempertahankan amalan-amalan Ahli Sunnah. Ajaran beliau adalah sangat
berhikmah dan penuh adab. Menghormati ulama terdahulu dan menyanjungnya
adalah jalan beliau. Walaupun beliau dihina dan dicerca oleh ulama-ulama
Saudi sendiri yang berfahaman Wahabi, tapi beliau tidak pernah
mengambil cara penghinaan dalam tulisan-tulisan beliau, apatah lagi
pengkafiran. Misalnya, beliau selalu menghujjah aliran Wahabi dengan
kata-kata Ibn Taimiyyah sendiri dan juga memakai beberapa fatwa dari
Muhammad bin Abd al-Wahhab sendiri sebagai pelopor gerakan Wahabi.
Sekian sahajalah secubit dari pemahaman penulis teerhadap pemikiran KH Maimun Zubair tentang Tajdid dan juga siapa sahaja Mujaddid menurut persepsi beliau. Selanjutnya, beliau menulis beberapa masalah-masalah fiqh yang telah ditajdid oleh ulama dan juga beliau sendiri selaku salah satu ulama fiqh
tersohor di Indonesia sekarang ini. Semoga Allah memberkati beliau dan
murid-murid beliau serta pesantren Sarang yang akan selalu mencipta
ulama dari kalangan Ahli Sunnah wal Jamaah. Amin.
Kesimpulan
Akhir dari penulis bahwa walaupun semua ulama sekarang yang selalu
perjuangan mereka mengatas namakan demi tajdid-lah atau apalah, ia bukan
berarti ideologi mereka pasti sahih di sisi Allah SWT. Hanya Allah lah
yang tau hakikat siapakah ia mujaddid bagi setiap kurunnya.
[1] Hadis ini diriwayatkan oleh Abi Daud dalam Sunannya
no.: 3740. Telah berkata Imam al-Munawi di dalam kitab Faidl al-Qadir:
telah mengeluarkan hadis tersebut oleh Abu Daud di dalam al-Malahim, dan
al-Hakim di dalam al-Fitan dan beliau mensahihkannya, Imam Baihaqi di
dalam kitab al-Ma'rifat; semuanya dari Abu Hurairah. Telah berkata
al-Zain al-'Iraqi dan selainnya: Sanadnya adalah Sahih.
[2] Berikut ini adalah bait-bait yang dikarang oleh Imam Suyuthi:
الحمد لله العظيم المنة % المانح الفضل لأهل السنة
ثم الصلاة والسلام نلتمس % على نبي دينه لا يندرس
لقد أتى في خبر مشتهر % رواه كل حافظ معتبر
بأنه في رأس كل مائة % يبعث ربنا لهذى الأمة
منا عليها عالما يجدد % دين الهدى لأنه مجتهد
فكان عند المائة الأولى عمر % خليفة العدل بإجماع وقر
والشافعي كان عند الثانية % لما له من العلوم السامية
وبن سريج ثالث الأئمة % والأشعري عدة من أمه
والباقلاني رابع أو سهل % أو الاسفراني خلف قد حكوا
والخامس الحبر هو الغزالي % وعده ما فيه من جدال
والسادس الفخر الإمام الرازي % والرافعي مثله يوازي
والثامن الحبر هو البلقيني % أو حافظ الأنام زين الدين
والشرط في ذلك أن تمضي المائة % وهو على حياته بين الفئة
يشار بالعلم إلى مقامه % وينصر السنة في كلامه
وأن يكون جامعا لكل فن % وأن يعم علمه أهل الزمن
وأن يكون في حديث قد روى % من أهل بيت المصطفى وقد قوى
وكونه فردا هو المشهور % قد نطق الحديث والجمهور
وهذه تاسعة المئين قد أتت % ولا يخلف ما الهادي وعد
وقد رجوت أنني المجدد % فيها ففضل الله ليس يجحد
وآخر المئين فيما يأتي % عيسى نبي الله ذو الآيات
يجدد الدين لهذي الأمة % وفي الصلاة بعضنا قد أمه
مقررا لشرعنا ويحكم % بحكمنا إذ في السماء يعلم
وبعده لم يبق من مجدد % ويرفع القرآن مثل ما بدى
وتكثر الأشرار والإضاعة % من رفعه إلى قيام الساعة
وأحمد الله على ما علما % وما جلا من الخفا وأنعما
مصليا على نبي الرحمة % والآل مع أصحابه المكرمة
ثم الصلاة والسلام نلتمس % على نبي دينه لا يندرس
لقد أتى في خبر مشتهر % رواه كل حافظ معتبر
بأنه في رأس كل مائة % يبعث ربنا لهذى الأمة
منا عليها عالما يجدد % دين الهدى لأنه مجتهد
فكان عند المائة الأولى عمر % خليفة العدل بإجماع وقر
والشافعي كان عند الثانية % لما له من العلوم السامية
وبن سريج ثالث الأئمة % والأشعري عدة من أمه
والباقلاني رابع أو سهل % أو الاسفراني خلف قد حكوا
والخامس الحبر هو الغزالي % وعده ما فيه من جدال
والسادس الفخر الإمام الرازي % والرافعي مثله يوازي
والثامن الحبر هو البلقيني % أو حافظ الأنام زين الدين
والشرط في ذلك أن تمضي المائة % وهو على حياته بين الفئة
يشار بالعلم إلى مقامه % وينصر السنة في كلامه
وأن يكون جامعا لكل فن % وأن يعم علمه أهل الزمن
وأن يكون في حديث قد روى % من أهل بيت المصطفى وقد قوى
وكونه فردا هو المشهور % قد نطق الحديث والجمهور
وهذه تاسعة المئين قد أتت % ولا يخلف ما الهادي وعد
وقد رجوت أنني المجدد % فيها ففضل الله ليس يجحد
وآخر المئين فيما يأتي % عيسى نبي الله ذو الآيات
يجدد الدين لهذي الأمة % وفي الصلاة بعضنا قد أمه
مقررا لشرعنا ويحكم % بحكمنا إذ في السماء يعلم
وبعده لم يبق من مجدد % ويرفع القرآن مثل ما بدى
وتكثر الأشرار والإضاعة % من رفعه إلى قيام الساعة
وأحمد الله على ما علما % وما جلا من الخفا وأنعما
مصليا على نبي الرحمة % والآل مع أصحابه المكرمة
[3] Untuk mengetahui biografi beliau sila layari: http://zulfanioey.blogspot.com/2010/06/kh-maimun-zubair-matahari-dari-sarang.html
[4] Muhammad bin Idris (w. 204 H).
[5] Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
[6] Abu al-Hasan al-Asy'ari (w. 324 H).
[7] Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H).
[8] Abu Bakar Muhammad bin al-Tayyib al-Baqilani (w. 403 H).
[9] Sedangkan pendapat lain, khalaf adalah 300 tahun setelah hijriyyah. Lihat: Ibrahim al-Bajuri, Tuhfah al-Murid 'ala Jauhar al-Tauhid, ed. Ali Jum'ah (Cairo: Dar al-Salam, 2002), 156.
[10] Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (w. 505 H).
[11] Abd al-Karim bin Muhammad al-Rafi'I (w. 623 H).
[12] Kitab
al-Wajiz ini adalah kitab ringkasan yang diringkas oleh Imam Ghazali
sendiri dari kitab-kitabnya yaitu pertama kitab al-Basit, lalu diringkas
oleh beliau juga bernama al-Wasit, lalu beliau meringkas lagi dengan
nama al-Wajiz. Beliau juga memberi kesimpulan dari fiqh Syafi'I yang telah ditarjih oleh beliau dengan nama al-Khulashoh yang sudah tercetak oleh Maktabah al-Minhaj.
[13] Yahya bin Syarf al-Nawawi (w. 676 H).
[14] Ibn Daqiq Muhammad (w. 702 H).
[15] Jalal al-Din Abd al-Rahman bin Siraj al-Din al-Bulqini (w. 824 H).
[16] Abd al-Rahman al-Suyuthi (w. 911 H).
[17] Ali bin Ali al-Syibramalisi (w. 1087 H).
[18] Ahmad bin Muhammad Ibn Hajar al-Haitami (w. 974 H).
[19] Ja'far bin Hasan al-Barzanji (w. 1177 H).
[20] Abdullah bin Alawy al-Haddad (w. 1132 H).
[21] Muhammad bin Muhammad Murtadha al-Zabidi (w. 1205 H).
[22] Ahmad bin Muhammad bin Ramadhan al-Marzuqi (w. 1281 H).
[23] Ahmad bin Zaini Dahlan (w. 1304 H).
[24] Utsman bin Muhammad Syatha al-Bakri (w. 1302 H).
[25] Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki al-Syafi'i (w. 1410 H).
[26] Muhammad bin Alawy al-Maliki al-Hasani al-Makki (w. 1425 H).
Posted 23rd March by otam67
Al-'Alim Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Murabbi Al-Mursyid, Al-Syeikh Prof. Dr. Muhammad Abdul Latif bin Al-Syeikh Muhammad Soleh Al-Farfour Al-Hasaniyy
Al-'Alim Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Murabbi Al-Mursyid, Al-Syeikh Prof. Dr. Muhammad Abdul Latif bin Al-Syeikh Muhammad Soleh Al-Farfour Al-Hasaniyy
Secara ringkas biodata Tuan Guru Mursyid :-
Al-'Alim Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Murabbi Al-Mursyid, Al-Syeikh Prof. Dr. Muhammad Abdul Latif bin Al-Syeikh Muhammad Soleh Al-Farfour Al-Hasaniyy . Tuan guru dilahirkan pada tahun 1364H / 1944M di bandar Damsyik Al-Faiha’ dalam sebuah keluarga yang merupakan penduduk jati dan asal Damsyik. Keluarga tuan guru merupakan sebuah keluarga yang amat disegani dan terkenal dengan keilmuan, kehakiman dan kefatwaan sejak ratusan tahun.
Tuan guru menerima didikan ilmu agama secara talaqqi daripada ulamak-ulamak tempatan yang mulia-mulia. Hasilnya, tuan guru mempunyai beberapa ijazah keilmuan yang boleh dibanggakan daripada guru-gurunya itu. Ijazah yang paling besar ialah Ijazah daripada yang mulia bapanya, Ijazah daripada mantan mufti Syria, yang mulia al-‘allaamah Dr. Muhammad Abi al-Yusri ‘Aabidiin, Ijazah daripada sohibussamahah Mufti Maliki dan Ketua Perikatan Ulamak al-marhum asy-syed asy-syarif Muhammad al-Makkiyy al-Kattaaniyy, dan Ijazah daripada seorang ulamak hadith Mekah, Syeikh ‘Alwi ‘Abbas Al-Malikiyy (Bapa kepada AL Marhum Syeikh Mohamed Malki / Ahmad Maliki)
Al-'Alim Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Murabbi Al-Mursyid, Al-Syeikh Prof. Dr. Muhammad Abdul Latif bin Al-Syeikh Muhammad Soleh Al-Farfour Al-Hasaniyy . Tuan guru dilahirkan pada tahun 1364H / 1944M di bandar Damsyik Al-Faiha’ dalam sebuah keluarga yang merupakan penduduk jati dan asal Damsyik. Keluarga tuan guru merupakan sebuah keluarga yang amat disegani dan terkenal dengan keilmuan, kehakiman dan kefatwaan sejak ratusan tahun.
Tuan guru menerima didikan ilmu agama secara talaqqi daripada ulamak-ulamak tempatan yang mulia-mulia. Hasilnya, tuan guru mempunyai beberapa ijazah keilmuan yang boleh dibanggakan daripada guru-gurunya itu. Ijazah yang paling besar ialah Ijazah daripada yang mulia bapanya, Ijazah daripada mantan mufti Syria, yang mulia al-‘allaamah Dr. Muhammad Abi al-Yusri ‘Aabidiin, Ijazah daripada sohibussamahah Mufti Maliki dan Ketua Perikatan Ulamak al-marhum asy-syed asy-syarif Muhammad al-Makkiyy al-Kattaaniyy, dan Ijazah daripada seorang ulamak hadith Mekah, Syeikh ‘Alwi ‘Abbas Al-Malikiyy (Bapa kepada AL Marhum Syeikh Mohamed Malki / Ahmad Maliki)